SAKTI
Siang
yang panas membangunkan seorang cowok yang sedang berlibur ini pun terbangun,
dia melihat jam di kamarnya yang menunjukan pukul 11 siang, terlalu cepat bagi
dirinya untuk melepaskan tubuhnya dari
kasur yang membuatnya nyaman di waktu libur yang panjang ini. “ kenapa hari ini begitu panas , mengganggu
waktu libur “ ucap Sakti yang masih berbaring di kamarnya . Sakti mengecek
handphonenya dan melihat tidak ada pesan satu pun “ jadi.. dia tidak mau ya “ ucap Sakti dalam hatinya, dia terlihat kecewa
kemudian memasang senyuman “ yah seperti
biasa , teman jauh lebih penting kan ? “ ucap Sakti dalam hatinya dan pergi untuk mandi
.
Sehabis
mandi sakti langsung bergegas ke ruang tamu dan menonton TV , “ Sakti , kamu
liburan kok dirumah aja ? “ ucap Ibu Sakti yang bertanya kepada Sakti dari
dapur , “ Malas bu , panas juga “ ucap Sakti yang sedang asik mencari acara
televisi yang bagus. Tiba – tiba Sakti teringat temannya yang baru dia kenal di
jejaring sosial “ coba deh ajak dia
jalan, sekalian ketemuan buat yang pertama “ ucapnya dalam hati , Sakti langsung bergegas
ke kamar dan mengaktifkan chatnya, Sakti mengecek apakah temannya online atau
tidak , “ yes , dia online “ Sakti
langsung memulai chatnya kepada gadis yang bernama Amel.
“
hai , lagi apa Mel ? “
“
hai juga , lagi bete nih, kamu sendiri lagi apa ? “ , balas Amel
“
lagi bete juga nih, hmmm, mau temenin nonton gak ? kebetulan lagi ada film
bagus “
“
hmmmm boleh , mau ketemuan dimana ? “
“
kamu tau mall Cempaka gak ? kita ketemuan disana aja gimana ? “
“
tau kok , mau ketemuan jam berapa ? “
“
sorean aja jam 4 , siang gini masih panas hehehe “
“
oke deh , sampai ketemu jam 4 ya “
“
oke , aku tunggu di toko buku ya , aku
pakai jaket warna merah , kamu pakai baju apa ? “
“
hmmmm , nanti aku pakai baju warna kuning “
“
yaudah , sampai ketemu ya “
“
iya , byeee “
Sakti
langsung mengenakan jaket merah keberuntungannya itu dan bersiap pergi untuk
membeli tiket “ pertemuan pertama itu tidak boleh mengecewakan
“ ucap Sakti dan langsung pergi meninggalkan rumah dengan motornya .
PERTEMUAN
Pukul
2 siang Sakti tiba di Mall yang di janjikan untuk bertemu , Sakti pun langsung
menuju bioskop dan memesan tiket untuk
jam 4:35 sore , Sakti yang memang hobi membaca komik ini langsung pergi ke toko
buku dan memilih komik yang menurutnya menarik . Waktu menujukan pukul 4 sore ,
Sakti yang terlihat gelisah sambil melihat jam tangannya mulai mengelilingi
toko buku itu dan mencari gadis yang mengenakan baju warna kuning , Sakti semakin
bingung karena ada banyak wanita yang mengenakan baju warna kuning , di tengah pencariannya seorang gadis
menepuknya dari belakang “ Sakti ya ? “ ucap gadis itu , “ iya , kamu siapa ? “
Sakti tidak mengenalinya dan merasa dia bukan Amel karena dia mengenakan baju
merah , “ aku Amel , maaf aku pakai baju warna merah , bukan kuning , baju yang
aku janjikan ternyata belum kering “ , ucap gadis itu , “ kamu Amel ? kok
terlihat lebih tinggi ya hehehe “ ucap
Sakti yang masih terkejut . “ hei , foto itu kadang menipu bukan “ ucap Amel
sambil tertawa , “ yaudah , kita ke bioskop sekarang , filmnya mau dimulai “
Sakti langsung menarik tangan Amel karena sudah terlambat .
Di
pertengahan film , Sakti masih terlihat canggung karena wanita yang di
sampingnya terlihat berbeda dari wanita lain dan membuatnya nyaman , “ nyaman sekali berada di dekatnya , apa
karena aku sering chatting dengannya , tapi ini berbeda , sungguh berbeda “ ucap
Sakti dalam hatinya, Sakti menghiraukan perasaannya dan tetap fokus pada wanita
yang dia sukai .
“
Mel , kamu suka film ini ? “ ucap Sakti membuka pembicaraan , “ ya aku suka ,
kenapa ? “ tanya Amel , “ oh , enggak kok , takut kamu enggak suka aja hehe “
Sakti yang masih bingung ingin berbicara apa memilih untuk diam dan memfokuskan
pada film yang di putar.
Sesudah
menonton film Sakti yang sepertinya mulai tidak canggung lagi untuk berbincang
dengan Amel, Sakti kemudian mengajak Amel pergi ke tempat bermain dengan
harapan Amel tidak merasa bosan dengan dirinya , Sakti sesekali melirik Amel
yang sedang terlihat ceria “ manis sekali
“ ucap Sakti dalam hatinya dengan tatapan yang tidak lepas dari padangannya.
Saat sedang asik bermain , handphone Sakti bergetar dan melihat pesan masuk “ Sakti , maaf ya baru SMS , aku baru pulang
dari rumah teman “ pesan dari wanita yang dia sukai tiba – tiba membuat
Sakti merasa kesal sekaligus senang karena mendapat kabar dari wanita idamannya
, “ iya Riska tidak apa-apa , istirahat
ya “ Sakti membalas pesannya dan menyimpan handphonenya , “ Sakti , udah
malam , pulang yuk “ ajak Amel yang terlihat gelisah karena memang sudah larut
malam , “ oke , kita pulang “ ucap Sakti dengan terseyum .
Di
tengah perjalanan Sakti mengobrol panjang lebar dengan Amel seperti sudah kenal
dekat dan berteman lama .
“ Mel , rumah kamu di mana ? “ tanya Sakti
yang sudah tidak tau jalan , “ nanti ada perempatan belok kanan aja , rumah aku
ada di pojok kok “ ucap Amel sambil menunjukan jarinya ke arah dimana Sakti
harus berbelok .
Sesampai
di depan rumah Amel , Sakti terlihat panik karena bingung jalan arah pulang , “
kamu tau jalan pulang kan ? “ tanya Amel yang terlihat curiga atas kegelisahan
Sakti , “ oh , tau kok tenang aja hehehe “ ucap Sakti berusaha menutupi
kebohongan , “ oh iya ini nomer aku , kalo ada apa – apa telfon aku ya “ ucap
Amel sambil memberikan nomer telfonnya, “ oh oke nanti kalau aku udah sampai
aku telfon kamu kok , aku pulang dulu ya , makasih buat hari ini “ ucap Sakti
sambil menyalakan motornya , “ seharusnya aku yang bilang seperti itu , makasih
ya “ ucap Amel sambil tersenyum , “ iya sama – sama “ Sakti langsung pergi
meninggalkan Amel.
Setengah jam sudah Sakti pergi menuju rumahnya
dan tiba – tiba handphone Amel berbunyi dari nomer yang tidak dia ketahui .
“
Hallo “ Amel mengangkat telefonnya .
“ AMEEEEEL , INI AKU SAKTI , AKU ADA DI CIBINONG
SEKARANG , ARAH KE DEPOK KE ARAH MANAAAAA ?!!! “ Sakti berbicara berusaha mengalahkan
suara mobil dan angkutan umum yang berlalu lalang di pinggir jalan .
“
HAH ? CIBINONG ?! , katanya tadi tau jalan pulang , gimana sih ? jangan teriak
– teriak , berisik tau “ ucap Amel kaget
dan panik .
“ IYA ! , TADI TAHU JALAN PULANG , TAPI SEKARANG
TIDAK TAHU JALAN PULANG NIH ! “ ucap Sakti masih berteriak , “ ih jangan teriak
– teriak, berisik tahu , yaudah kamu ikutin angkot M81 aja, itu ke arah Depok
kok “ Amel menjauhkan telinganya dari handphonenya karena suara Sakti yang
begitu keras, “ OH OKE ! ANGKOTNYA SUDAH LEWAT NIH !! MAKASIH YA ! TENANG SAJA
AKU PASTI SAMPAI RUMAH KOK !! “ ucap Sakti menutup telfonnya dan langsung
mengejar angkot yang Amel beritahukan, Amel menghela nafas panjang dan
tersenyum geli mendengar tingkah Sakti yang sedang tersasar.
Pukul
10 malam Sakti tiba dirumah dan di sambut dengan omelan Ibunya karena pulang
terlalu malam , tapi Sakti hanya terdiam dan pergi ke kamar karena perjalanan
jauh yang dia alami . Saat Sakti ingin menelfon Amel , dia melihat ada 4 pesan
masuk dari handphonenya dan pesan itu semua dari Riska yang berisi tentang
kekesalan dia kepada Sakti karena tidak membalas pesannya , “ Riska , maaf ya
baru balas pesan kamu , aku tadi lagi di perjalanan “ Sakti membalas pesannya
dan pesannya pun tidak di balas oleh Rika , Sakti terlelap karena lelah untuk
hari ini .
***
“
SAKTIIIIII BANGUUUUN !!!!! “ Suara berisik yang membuat siapa saja mendengar
teriakan itu pasti terbangun, Matahari yang sudah menunjukan sinarnya dan suara
Ibu Sakti yang berusaha membangunkan Sakti itu membuat Sakti terbangun dengan
malasnya “ Ada apa Bu ? masih pagi kok teriak-teriak ? “ ucap Sakti setengah
sadar.
“
Ini udah jam 2 siang Sakti ! dari pagi handphone kamu terus berbunyi, apa kamu
tuli ?! “ ucap Ibu Sakti yang sedikit kesal dengan tingkah anaknya. “ iya iya
Sakti bangun “ Sakti berjalan menuju kamar mandi dan membasuh mukanya agar
dirinya dapat benar-benar sadar total , Ibu Sakti keluar dari kamar Sakti untuk
melanjutkan memasaknya. Setelah benar-benar sadar Sakti langsung melihat
handphonenya dan ada pesan dari Amel dan 12 panggilan tak terjawab dari Amel
juga. “ kenapa dia tidak menanyakan
kabarku, apa dia marah karena aku tidak membalas pesannya “ ucap Sakti dalam hatinya. “ Telfon Amel aja deh “ Sakti langsung menelfon Amel.
“
Hallo Sakti “ Ucap Amel
“
HALLO AMEEEEEELL “ Teriak Sakti dengan sengaja
“
Ih jangan teriak-teriak ! aku matiin nih kalo teriak lagi “ Ucap Amel sedikit
kesal.
“
Iya iya maaf kan aku bercanda, aku baru bangun tidur nih jadi gak tau kalau tadi
kamu nelfon aku “ Ucap Sakti menjelaskan.
“
Iya santai aja , aku cuma khawatir aja kamu sakit akibat nyasar kemarin “ Ucap
Amel dengan suara lembut.
“
Kemarin waktu sudah sampai rumah aku langsung tertidur “ jawab Sakti.
“
oh iya aku ngerti kok “ Ucap Amel memaklumi. Sakti yang sedang bingung ingin
membicarakan topik apa , tiba-tiba Sakti ingin menceritakan sesuatu.
“
Mel boleh cerita sesuatu ?” Sakti terlihat serius.
“
Mau cerita apa ? “ Amel mulai bingung.
“
Aku sedang menyukai seseorang, tapi dia terlihat tidak perduli kepadaku,
jangankan menanggapiku dia bahkan menganggapku tidak ada, aku ingin
melupakannya dari hidupku tapi sulit menghilangkannya dari pikiranku “ Sakti
berbicara dengan nada putus asa.
“
Jika memang dia mencintaimu seperti kamu mencintainya dia pasti akan memberikan
sedikit perhatiannya kepadamu, walaupun dia sedang sibuk dengan urusan
pribadinya “ Ucap Amel. “ Ngomong-ngomong kenapa kamu tidak mengajak dia untuk
pergi denganmu ? kenapa denganku ? “
“
Aku malas mengajaknya, sudah sering aku mengajaknya pergi denganku tapi saat
aku sudah bersiap dia menghilang bagai hantu, dan saat aku sudah membeli tiket
bioskop dia baru memberi kabar dan membatalkan sesuka hatinya “ Ucap Sakti
kesal.
“ Cinta itu bisa membuat orang terlihat bodoh
ya “ Ucap Amel tertawa geli.
“
Hei! Memangnya kau tidak pernah jatuh cinta ! “ ucap Sakti kesal
“
Pernah, tapi aku tidak sebodoh kau yang sembarangan membeli tiket bioskop,
padahal orang yang kau ajak tidak ada kabar “ Amel masih tertawa
“
Sudahlah, aku salah bercerita padamu! Aku mau mandi! Bye! “ Sakti kesal dengan
ejekan Amel yang berkata bahwa dirinya bodoh, Sakti langsung menuju kamar mandi
dan bergegas mandi.
Waktu
malam tiba, Sakti merenung di teras rumah yang sunyi dan memikirkan hal yang
membuat hatinya bimbang, “ Apa Riska
tidak mencintaiku ? “ renungan Sakti buyar ketika handphonenya tiba-tiba
berbunyi.
“
Hallo “ Ucap Sakti sedikit mengantuk.
“
Sakti, kamu belum tidur ? “ Suara yang tidak asing bagi Sakti.
“
Riska! Ada apa menelfon ? “ Ucap Sakti terkejut.
“
Tidak, aku hanya ingin memberitahumu, lebih baik kamu melupakan aku untuk
sekarang ini “ Ucap Riska.
“
Kenapa ? “ Sakti terbangun dari tempat duduknya.
“
Aku sudah memiliki kekasih, dia tidak seberandal kamu di sekolah, aku tidak
suka tipe cowok kasar seperti kamu, sebaiknya kita cukup berteman sampai sini
saja “. Sakti terdiam dan mengambil nafas “ Oke kalo kamu menilai aku seperti
itu, aku fikir kamu jauh lebih baik dari aku, ternyata kamu melihat seseorang
dari luar, terimakasih sudah menelfon, selamat malam” Sakti menutup telfon
kemudian menuju ke kamar. Membuang semua barang yang akan di berikan kepada
Riska, membakar fotonya yang dia ambil di salah satu jejaring sosial milik
Riska dan melupakan semuanya.
SEKOLAH
Awal
masuk sekolah setelah libur panjangpun tiba, Sakti yang malas untuk pergi ke
sekolah masih terpaku diam dengan muka mengantuk di atas tempat tidurnya. Meski
Sakti adalah anak yang pintar tapi kelakuan dalam sikapnya membuat
kepintarannya tidak di pandang oleh guru-guru di sekolahnya. Sakti masih kelas
2 saat itu dan memang terkenal berperilakuan tidak baik di sekolahnya.
“Apa harus ya pergi ke sekolah, ilmu di dapat
bukan di sekolah saja” Ucap Sakti dengan melangkahkan kakinya ke kamar
mandi.
HP Sakti berbunyi tiba-tiba sebelum
Sakti memasuki kamar mandi dan terlihat ada suatu pesan dari Amel yang
memberikan kata-kata penyemangat untuk pergi ke sekolah. Pesan itu tidak
merubah apapun kepada Sakti yang sudah malas untuk pergi kesekolah, Sakti
berfikiran untuk sengaja terlambat datang ke sekolah. Waktu menunjukan pukul 7
pagi saat Sakti tiba di depan gerbang sekolah, tetapi Sakti di hadang masuk
oleh salah satu guru.
“
Sakti, apa kamu tahu bel masuk sekolah itu pukul berapa ?” ucap Bu Sinta yang
berada di depan gerbang.
“
Ya saya tahu!” jawab Sakti ketus. “ Bu Sinta, jika Ibu menyuruh saya pulang itu
tidak masalah bagi saya, lagi pula itu kebijakan sekolah yang kuno bukan “
Sakti berbalik meninggalkan Bu Sinta di depan gerbang.
“
Sakti ! “ Bu Sinta memanggil Sakti yang ingin meninggalkan sekolah. “ Kamu
pergi ke taman belakang sekolah sekarang! rumput liar disana cukup tinggi dan
kamu bersihkan rumput liar itu lalu masuk ke kelas saat pelajaran Ibu nanti!”
perintah Bu Sinta tidak bisa di tolak oleh Sakti, jika dia menolak Bu Sinta
akan melaporkannya kepada kepala sekolah. Sakti yang membayangkan hal itu
langsung segera menuju taman belakang sendirian karena membersihkan rumput akan
jauh lebih baik jika harus bertemu kepala sekolah yang terkenal monster.
Saat
jam pelajaran Bu Sinta pun tiba, Sakti yang terlihat lelah dan berkeringat
memasuki kelas lalu menduduki tempat duduk yang berada di paling belakang
sendirian. Mata teman-temannya yang memandang Sakti seakan memandang seorang
penjahat kemudian menjauh tapi Sakti bangga karena dirinya di takuti dan di
jauhi. Saat pertama masuk di sekolah Sakti di bully habis-habisan oleh
seniornya dan tidak ada yang membantunya bahkan teman sekelasnya hanya tertawa
melihat Sakti di perlakukan seperti itu. Sakti yang merasa kesal karena selalu
di tindas memilih untuk membuat keonaran di sekolah hanya agar dirinya di
takuti dan tidak ada yang menganggunya lagi.
“
Selamat Pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan siswi baru” Ucap Bu Sinta yang
baru datang ke kelas. “ Ayo silahkan masuk “ Bu Sinta mempersilahkan murid itu
masuk.
“
Hai namaku Amelia Putri, panggil aja aku Amel “ ucap gadis itu, suara yang
tidak asing bagi Sakti, dan ternyata benar itu Amel yang dia temui waktu itu.
“
Baiklah Amel, karena bangku depan sudah penuh, untuk sementara kamu duduk di
belakang dengan Sakti ya “ Bu Sinta menujukan tempat duduk Sakti yang memang
hanya Sakti sendiri yang duduk di belakang. “ Jika Sakti berbuat yang aneh,
kamu lapor ke saya saja, silahkan duduk dan selamat datang di sekolah baru kamu
“ ucap Bu Sinta yang mempersilahkan Amel duduk dan memulai pelajaran.
Sakti
yang terlihat sedikit gugup duduk bersama Amel terlihat salah tingkah semenjak
setengah jam yang lalu. “ Kamu kenapa ?
Tidak seperti Sakti yang aku kenal “ Amel membuka pembicaraan.
“
Aku baik-baik saja, kenapa kamu bisa ada di sini ? “ Sakti memandang Amel dengan
heran.
“
Aku memang sering pindah sekolah, sekolahku yang lama terlihat membosankan, aku
selalu di nomor satukan hanya karena aku sering juara umum dan memenangan lomba
untuk mewakili sekolahku “ jawab Amel. “ Aku tidak menyangka bisa satu sekolah denganmu,
bahkan satu kelas! “ Ucap Amel dengan senyum manisnya.
“Jadi kau anak yang pintar ya”. “ Yah! jika aku pernah dengar pepatah
orang kalau dunia itu selebar daun kelor, maka pepatah itu terbukti sekarang “
Sakti menatap ke depan dimana Bu Sinta sedang menjelaskan mata pelajaran
Matematika. “ Kamu memang sering memenangkan lomba apa ? “ tanya Sakti kembali
memandang Amel.
“
Matematika ! “ jawab Amel dengan senyum manis memandangan papan tulis di
depannya.
“
Matematika ?!! hmmm kau cukup pintar “ Sakti kembali memandang papan tulis.
Tidak lama kemudian Sakti tertidur karena rasa bosannya.
Bu
Sinta yang mulai mengabsen muridnya satu persatu, ketika nama Sakti di sebut
Sakti tidak menjawab karena tertidur pulas. Bu Sinta yang kesal atas sikap
Sakti mulai menghampiri ke tempat duduk yang Sakti duduki dan memukul meja Sakti
dengan kerasnya sehingga Sakti terbangun dengan wajah terkejut dan mata yang
merah. Sakti di tuntut untuk menjawab soal yang ada di papan tulis karena
perilakunya tadi, Sakti menuju papan tulis dan mengerjakan soal yang ada di
papan tulis dengan mudah.
“
Sakti Ibu memang tahu kamu itu anak yang cerdas tapi tolong perbaiki sikapmu
yang mampu membuatmu keluar dari sekolah ini “ Bu Sinta memandang Sakti yang
terlihat tidak perduli yang dia katakan. “ Sekarang kamu boleh keluar dan
melanjutkan belajar minggu depan, soal yang kamu jawab itu belum Ibu terangkan
ke pada murid lain, jadi dari pada kamu mengganggu murid lain yang belum
mengerti lebih baik kamu ke kantin dan istirahat “ Bu Sinta kembali ke tempat
duduknya dan Sakti keluar kelas dengan wajah yang ketus.
Saat
bel istirahat berbunyi Amel menelfon Sakti untuk menanyakan keberadaannya,
Sakti yang terdengar malas menjawab pertanyaan Amel terpaksa memberitahukan
keberadaannya, Amelpun langsung menuju ke kantin dimana Sakti berada.
“
Hei Sakti, aku kagum padamu ! “ Ucap Amel yang tiba-tiba berada di depan meja
makan yang sakti tempati sendirian.
“ Kagum ? Semua murid di sekolah ini tidak
mengaggumi siswa seperti aku “ Sakti sambil mengaduk minuman yang ada di
depannya.
“
Memangnya kamu kenapa ? “ Amel terlihat bingung.
“
Coba kau ajak satu murid yang kau anggap baik untuk duduk bersama kita
sekarang, maka kau akan tahu jawabannya “ Ucap Sakti sambil menunjukan
sekeliling kantin.
Amel
mulai mengajak satu persatu murid untuk duduk dan makan bersama di meja makan
yang Sakti tempati tapi tidak ada yang menginginkannya bahkan melihatnya tidak
sudi. “ Kalian ini kenapa ? aku hanya ingin mengajak kalian makan bersama
denganku dan Sakti, kenapa kalian memandangnya begitu sinis ? “ Ucap Amel yang
terlihat emosi atas perlakuan teman-teman satu kelasnya.
“
Mel kamu ini murid baru disini, kamu belum tahu siapa Sakti sebenarnya, dia itu
salah satu murid yang paling malas dan brandal di sekolah ini, kau lihat jus
yang dia minum ? dia tidak akan membayarnya. Siapapun yang dekat dengannya
pasti akan bermasalah dengan semua guru di sekolah ini, bahkan mungkin bisa
sampai ke ruangan kepala sekolah “ Ucap gadis yang sedang duduk dan meminum
jusnya. Amel yang terlihat kesal dengan ucapannya kembali menuju meja yang di
tempati Sakti.
Sakti
yang sudah tahu hasilnya hanya tersenyum melihat wajah Amel yang kesal sambil
memanyunkan bibirnya. “ Bagaimana hasil surveinya gadis manis ? Aku tidak
melihat siapapun di belakangmu “ Ejek Sakti sambil bersandar santai.
“
Aku tidak mengerti pada mereka semua, kenapa selalu menilai seseorang dari
luarnya saja “ Amel yang masih terlihat kesal memesan minuman untuk menyegarkan
tenggorokannya yang kering setelah mengajak semua murid di kantin tadi.
“
Bukannya memang seperti itu, sifat yang tampak terlihat oleh mata memang
meyakinkan bukan ? Dan aku ingin tahu apa yang kau dengar dari mereka tentang
diriku dan apa kau masih ingin disini ? Duduk satu meja bersamaku “ Sakti tersenyum sinis sambil menatap Amel
yang sedang meminum jusnya.
“
Tempat ini akan menjadi tempat favoritku selama aku sekolah disini, dan aku
akan menjadi pengganti bangku kosong yang selama ini kau duduki sendiri “ Amel
berdiri dan menatap Sakti yang masih cuek dengan kata-katanya “ Dan aku akan
buktikan kepada mereka, aku tidak akan berurusan dengan guru manapun walaupun
aku berteman denganmu “ Amel kemudian pergi karena bel masuk telah berbunyi.
Sakti
yang masih duduk santai tanpa mengubah posisi kemudian berdiri dan menuju
tempat penjual jus untuk membayar jus yang di pesan tadi. Saat Sakti ingin
meninggalkan kantin Sakti melihat Amel dari kejauhan dan tidak menghiraukan
kedatangan Amel, Sakti tetap berjalan meninggalkan kantin.
“
Maaf bu tadi aku lupa membayar jus yang aku pesan, berapa bu harganya ? “ Amel
mengeluarkan dompetnya.
“
Oh tadi sudah di bayar sama cowok yang barusan adik lewati “ Ucap Ibu penjual
jus sambil menunjuk Sakti yang sudah berada jauh dari kantin.
“
Murid dan Guru di sekolah ini salah
menilaimu Sakti, salah besar “ Amel tersenyum dan berjalan meninggalkan
kantin itu.
Jam
berakhirnya pelajaranpun tiba, semua murid mulai bergerombolan meninggalkan
kelas dan menuju gerbang sekolah untuk pulang kerumah masing-masing dan ada
yang mempersiapkan diri untuk melakukan aktifitas ekstra kulikuler yang ada di
sekolah. Sakti yang terlihat hanya duduk sendiri di bangku yang berada di
pinggir lapangan sambil melihat para gadis sedang berbaris membuat Amel datang
untuk menghampiri Sakti. “ Terima kasih
ya atas jusnya “ Ucap Amel tiba-tiba duduk di samping Sakti. “ Jus ? jus apa ?
“ Ucap Sakti tidak menghiraukan keberadaan Amel. “ Jangan sok cool deh, kau
berbeda ! tidak se-asik pertama kita bertemu “ Ucap Amel kesal dan menatap
Sakti yang sedang melihat para gadis berbaris. “ Ini masih di sekolah, kau
tidak akan paham “ Sakti menatap Amel dengan mata tajam. “ Baiklah, kalau
begitu ceritakan padaku di telfon nanti “.
Amel mulai tenang dan memperhatikan
gadis-gadis yang di lihat Sakti.
“ Hei gadis yang di kuncir itu cantik,
kamu dekati saja untuk menggantikan Riska “ Amel menyenggol lengan Sakti untuk
mendapat respon dari usulannya barusan. “ Aku tidak bisa “ Balas Sakti singkat.
“ Kenapa ? Dia cantik dan dia baik “ Amel terlihat heran. “ Dia sudah ada yang
memiliki “ Ucap Sakti masih mengamati para gadis. “ Bagaimana kau tahu ? “ Amel
terlihat semakin heran. “ Dia sendiri yang memberi tahunya “ Ucap Sakti. “ Oh
kamu kenal dia ? siapa namanya ? sayang sekali ya padahal dia begitu cantik “
Amel kemudian memasang muka lesu karena pencomblangannya gagal dan terkejut
melihat Sakti tiba-tiba pergi meninggalkannya. “ Hei ! kau belum beritahu
namanya kenapa sudah pergi ?!! “ Amel kemudian mengejarnya dan menghalangin
jalan Sakti. “ Apa sih yang kamu mau ?! “ Sakti terlihat kesal. “ Aku hanya
ingin tahu namanya, itu saja ! “ Amel terlihat menantang Sakti. “ Kamu cari
tahu sendiri saja ! kamu itu murid pintar, murid pintar itu pasti bertanya
melalui sumber bukan ? “ Saktipun pergi meninggalkan Amel dan menuju gerbang
sekolah.
“ Aku hanya ingin tahu namanya, kenapa jadi
rumit begini ? “ Amel kemudian menghampiri para gadis itu yang sedang
beristirahat. “ Halo, perkenalkan nama aku Amel, aku murid baru di sekolah ini,
salam kenal ya “ Amel memperkenalkan diri kepada para gadis itu. Gadis yang
Amel ingin tanyakan kepada Saktipun berdiri dan memperkenalkan dirinya “ Hai,
selamat datang di sekolah kami ya, nama aku Riska “ Amel terkejut mendengar
nama itu, ternyata itu sebabnya kenapa Sakti memandangi para gadis ini, dan itu
juga sebabnya Sakti tidak memberi tahukan namanya. “ Hai Riska, nanti aku lihat
minggu depan ya, aku mau pulang sudah sore, bye semua “ Amel pergi meninggalkan
sekolah barunya dan tidak sabar untuk menelfon Sakti untuk mencari tahu apa
yang terjadi pada dirinya di sekolah itu dan pada gadis yang Sakti suka.
Amel
tiba dirumah dengan wajah yang lelah, tidak sabar untuk menelfon Sakti dia pun
langsung menuju ke kamarnya dan mencari HP-nya di dalam tas. Namun kekecewaan
terlihat di wajah Amel, HP Sakti yang tidak aktif membuat Amel bingung karena
Sakti tidak seperti ini sebelum Amel masuk ke sekolahnya. Sore itu Amel merasa
bersalah dan berniat menemuinya besok di sekolah.
***
Pagi
itu Amel sudah berada di depan gerbang sekolah barunya, Sakti sampai pagi itu
masih belum bisa di hubungi membuat Amel semakin khawatir. Lama menunggu Sakti
akhirnya bel masukpun berbunyi tetapi belum ada keberadaan Sakti di sekitar
depan sekolah Amel tetap menunggu sehingga Bu Sinta datang menghampiri Amel dan
menyuruh Amel masuk ke sekolah tapi Amel tidak mengiraukan ucapan Bu Sinta dan
tetap menunggu.
“
Amel bel sudah berbunyi, Ibu harap kamu masuk ke sekolah sekarang “ perintah Bu
Sinta kepada Amel yang masih berdiri di depan gerbang. “ Saya sedang menunggu
seseorang Bu, bisa tunggu 10 menit lagi ? “ Ucap Amel kepada Bu Sinta.
“
Amel 5 menit lagi batas waktu terlambat, lebih dari itu kamu tidak bisa masuk
sekolah “ Ucap Bu Sinta. Amel yang masih berdiri di depan gerbang tidak
berhenti mencari dan menunggu seseorang yang di tunggunya, di tengah
pencariannya Amel meruncingkan matanya kepada satu sudut, Amel melihat sosok
Sakti sedang berjalan santai menuju ke gerbang sekolah. Amel berteriak keras
kepada Sakti untuk berlari karena waktu terlambat akan habis, Sakti tidak
menghiraukan teriakan Amel dan membuat Amel kesal. Amel berlari
menghampiri Sakti dan menarik tangan Sakti untuk berlari bersamanya menuju
gerbang sekolah.
“
Hei ! apa apaan sih kamu ! “ Bentak Sakti kepada Amel. “ Hei aku sudah menunggu
kamu dari pagi, dan waktu terlambat kita itu hampir habis ! tapi kamu dengan santainya
berjalan dan menghiraukan teriakanku ! “ Jawab Amel kesal. Sakti yang bingung
terhadap sikap Amel pun hanya terdiam dan menuju gerbang sekolah.
“
Sakti, kamu tahu bukan jam masuk sekolah
itu pukul berapa ? “ Bu Sinta berucap kepada Sakti yang hanya memasang muka
tidak perduli. “ Baik ! karena kamu terlambat lebih baik kamu pergi ke seluruh
kamar mandi dan bersihkan semua kamar mandi di sekolah ini dan untuk kamu Amel,
Ibu kasih kamu kesempatan, sekarang kamu boleh masuk kelas “ Bu Sinta kemudian meninggalkan mereka berdua.
“
Hei bocah pintar sebaiknya kamu pergi ke kelas sekarang “ Ucap Sakti sambil
berjalan meninggalkan Amel. “ Aku ikut denganmu ! “ Amel berlari mengejar
Sakti. “ Sebaiknya kamu ikuti ucapan Bu Sinta, dan nikmati keberuntunganmu “
Sakti memandang Amel . “ Aku juga terlambat dan aku tidak salah ikut denganmu
karena aku menikuti peraturan sekolah ini “ Ucap Amel tersenyum kepada Sakti
karena saat ini Sakti tidak dapat melarangnya. Sakti pun pergi ke tempat
perlengkapan sekolah dan kemudian mengambil kain pel dan ember. “ Hei kamu mau
ikut membersihkan atau tidak ? “ Tanya Sakti kepada Amel. “ Memangnya aku
disini hanya untuk mengikutimu saja ! “ Amel kemudian mengambil kain pel dan
ember dan menuju kamar mandi di seberang ruangan.
“
Sakti, aku tahu kamu itu anak yang baik tapi kenapa di sekolah kamu
berpura-pura menjadi seperti ini ? “ Amel membuka pembicaraan dengan
pertanyaan. Sakti diam sejenak dan kemudian melanjutkan mengepel. “ Memang apa
perdulimu ? “ Ucap Sakti dengan nada sinis. “ Aku perduli karena aku tahu kamu
lelah dengan sikap kamu yang berpura-pura seperti itu. Aku pernah berpura-pura
untuk menjadi gadis yang sok tegar tapi itu sulit ku lakukan “ Amel berhenti
mengepel dan memandang Sakti yang masih cuek dengan ucapannya. “ Hei kalau aku
berbicara dengarkan ! “ Teriak Amel. “ Aku mendengarkan ucapanmu, kamu tidak
suka aku berbicara keras tapi kamu juga melakukan hal yang sama, dasar wanita
“. Amel langsung memasang muka cemberut karena ucapan Sakti dan melanjutkan
mengepel lantai.
“
Aku seperti ini karena murid sekolah ini yang mengharuskan aku seperti ini agar
aku tidak di hina dan di tindas sesuka hati mereka “ Tiba-tiba Sakti
menceritakan yang sudah lama Amel ingin dengarkan, Amel diam sejenak dan
mendengarkan. “ Aku berfikir dengan aku menghormati mereka, mereka akan
melakukan hal yang sama tapi ternyata memandangku lemah dan takut kepada mereka
“ Sakti berehnti mengepel dan memandang Amel. “ Maka dari itu aku bersikap
seperti ini agar aku tidak di ganggu mereka “. “ Mengapa tidak melapor kepada
Guru ? “ Amel terlihat penasaran. Sakti memasang senyum dan mengepel “ Memang
kamu fikir aku ini bocah berumur 7 tahun, asal aku bisa mengikuti pelajaran di
sekolah ini semua akan baik-baik saja “ Sakti kemudian meninggalkan ruangan dan
menuju kamar mandi lainnya. “ Jadi
seperti itu masalahnya “ Amel berlari mengikuti Sakti untuk membersihkan
semua kamar mandi di sekolah. “ Hei Sakti ! aku mau meminta satu hal padamu “
Ucap Amel yang berdiri di belakangan Sakti. “ Apa ? “ Jawab Sakti kesal. “
Bisakah kau tidak berpura-pura seperti ini denganku ? aku rindu Sakti yang aku
kenal di Bioskop dulu “ Amel menatap
Sakti yang terkaget atas permitaanya. “ Yah, baiklah kita lihat nanti “ Ucap
Sakti melanjutkan tujuannya untuk ke kamar mandi selanjutnya, Amel tersenyum
senang dan berlari mengejar Sakti.
Terlihat
kelelahan di wajah Amel setelah menyelesaikan hukuman yang dia lakukan bersama
Sakti. “ Hei bocah pintar, kita ke kantin dulu untuk membeli minum lagi pula
sedikit lagi bel istirahat sehabis itu
kita pergi ke kelas“ Ajak Sakti karena kasian melihat Amel. Amel yang
benar-benar lelah dan haus mau tidak mau mengikuti jejak Sakti pergi ke kantin
untuk membeli segelas jus dingin yang dapat menyegarkan tenggorokan yang sudah
kering. Sakti duduk di tempat biasa dia tempati di kantin. “ Sudah ku bilang
tidak perlu mengikutiku, aku tahu kamu itu tidak pernah melakukan hal itu “
Ucap Sakti sambil meneguk jusnya dan memandang Amel yang sedang minum jusnya
seperti orang kesurupan. “ Aku hanya menjalankan hukuman yang pantas ku
dapatkan “ Amel membalas ucapan Sakti. “ Iya aku tahu hal itu tapi kamu juga
pantas kesempatan yang di berikan kepada Bu Sinta “ Sakti menjelaskan. “ Lagi
pula kamu kenapa menungguku di depan gerbang ? “ tanya Sakti. Amel baru ingat
tujuan utamanya. “ Aku mau bertanya kepadamu “ Amel memasang wajah serius. “
Kenapa HP kamu tidak aktif kemarin sore, dan kenapa kamu tidak memberi tahuku
wanita yang aku tunjukan padamu adalah Riska ? “. “ Sore kemarin aku sibuk dan
malas mengaktifkan HP, dan masalah Riska aku sudah melupakannya “ Ucap Sakti
singkat, Amel yang tidak puas dengan jawaban Sakti memasang muka cemberut
kepada Sakti. “ Hei buat apa aku mengingat wanita yang sudah ada yang memiliki,
itu hanya membuat aku terlihat bodoh dan aku masih punya kegiatan yang berguna
di banding mengingat orang yang tidak mencintaiku “. Amel tersenyum “ Kalau
begitu kita buat dia menyesal karena tidak memilihmu “ Ucap Amel. Sakti
terlihat bingung dengan ucapan Amel “ Maksud kamu ? “. “ Aku berpura-pura
menjadi kekasihmu dan kamu tunjukan betapa kamu mencintaku di depan dia, wanita
manapun pasti akan iri melihat sepasang kekasih lebih romantis di banding
dirinya “ Ucap Amel menjelaskan dengan antusias. Sakti tertawa terbahak-bahak
mendengar usulan Amel yang menurutnya konyol, Amel yang tadinya berantusias
sekarang terlihat kesal dengan sikap Sakti. “
Hei bocah, aku tidak bisa melakukan hal itu, sudahlah tidak perlu
melakukannya, lambat laun pasti aku bisa melupakannya “. Bel istirahat
berbunyi, Sakti dan Amel pergi meninggalkan kantin dan menuju kelas.
LUKISAN
Pagi
yang cerah untuk hari Jum’at saat itu, hawa yang dingin dari sisa cuaca hujan
di malam hari, Sakti sudah rapi pagi itu dan tidak ada tanda-tanda dia akan
terlambat kesekolah. Dengan membawa sebuah papan persegi panjang yang ditutupi
kain di tangannya Sakti dengan mantap melangkah ke gerbang sekolah pukul 5:30
pagi dan membuat petugas satpam sekolah heran melihat Sakti datang pagi-pagi.
Hari ini sekolah akan mengadakan pameran lukisan dan sekaligus akan di lelang
untuk membantu sekolah yang sedang kekurangan dana dan siapa saja boleh hadir
baik orang tua murid maupun orang yang tidak ada hubungan dengan sekolah. Sakti
berhenti di depan tempat pendaftaran pelelangan lukisan. Karena panitia acara
itu dari luar sekolah dan pagi itu belum ada siswa yang datang Sakti sengaja
datang pagi-pagi untuk mendaftarkan lukisannya. Sakti hobi melukis dan saat itu
Sakti membawa lukisan yang berjenis lukisan abstrak dengan warna yang sangat
beragam yang berbentuk gelombang dari atas sampai paling bawah dan terdapat
tulisan SP di sudut kanan atas lukisannya. Setelah melihat lukisan itu panitia
sepakat untuk menjualnya dan membagi hasilnya kepada Sakti, tapi Sakti dengan
tegas menolak atas pembagian hasil yang panitia rencanakan. Sakti lebih memilih
untuk memberi semua hasil lelangnya kepada sekolah yang ingin di bantu dengan
syarat tidak perlu mencantumkan nama di daftar pelelangan tapi hanya inisial SP
sesuai tanda yang tertulis di sudut kanan atas lukisan itu dan panitia setuju
akan syarat itu.
Jam
sudah menunjukan pukul 6 pagi, beberapa siswa sudah mulai datang kesekolah.
Sakti duduk di bangku yang berada di pinggir lapangan dengan tatapan
kosong memandangi lapangan yang sudah
penuh dengan tenda-tenda tempat lukisan itu akan di pamerkan pukul 9 nanti.
Terlihat gadis cantik dengan rambut yang di kuncir kuda dan tas ransel berwarna
merah datang memasuki sekolah, Sakti memandang Riska dari kejauhan dengan
tatapan penuh harapan tapi Sakti tersadar bahwa itu mustahil bagi dirinya dan
kembali menatap tenda-tenda yang ada di
lapangan.
“
Hai Sakti, sedang apa melamun disini ? “ Terdengar suara gadis dari belakang
bangku yang dia duduki. “ Tidak ada, hanya memandang lukisan yang di pajang di
tenda, indah ya Amel “ Ucap Sakti sambil menatap lukisan yang di pajang. “
Sakti, aku Riska bukan Amel “ Sakti terkejut karena yang dia fikir adalah Amel
dan ternyata yang dia fikirkan salah. Riska kemudian duduk di samping Sakti dan
ikut memandang lukisan yang di pajang. “ Memang indah-indah lukisannya,
seandainya aku bisa melukis pasti aku akan terlihat hebat, tapi aku hanya bisa
membelinya nanti dan semoga orang tuaku datang “ Ucap Riska sambil memandang
lukisan bunga mawar yang sedang di hinggapi lebah madu yang berada di depannya.
“ Sedang apa kau disini ? bukankah kau tidak suka dekat dengan orang berandalan
sepertiku “ Sakti kemudian mengubah pandangannya menuju Riska. “ Tidak ada, aku
hanya ingin meminta maaf kepadamu karena telah melukai hatimu, maafkan aku
Sakti “ Riska kemudian memandang wajah Sakti. Kedua mata yang saling memandang,
terlihat pantulan wajah Riska di mata Sakti dan wajah Sakti di mata Riska.
Sakti tersadar dan berdiri membelakangi Riska “ Aku sudah memaafkanmu, dan aku
juga memaklumi atas keputusanmu “ Ucap Sakti dengan menundukan kepalanya dan
kemudian mengangkat kepalanya dan memandang Riska. “ Ingat, jangan jadikan
keinginan untuk bisa hanya untuk terlihat hebat dimata orang lain, tapi untuk
berguna bagi orang lain “ Sakti kemudian pergi meninggalkan lapangan dan Riska
yang duduk di bangku sambil tak berhenti memandang Sakti yang meninggalkannya.
Terlihat
di pandangan Sakti seorang gadis yang berada di depan gerbang dengan tas
selempang berwarna hijau, Amel yang terlihat seperti mencari sesorang membuat
Sakti datang menghampirinya. “ Hei,
sedang menunggu siapa ? “ Sapa Sakti kepada Amel di tengah pencariannya. “ Sakti
? ternyata kamu sudah datang, aku fikir kamu akan terlambat lagi dan aku harus
membersihkan sekolah ini bersamamu lagi “ Ucap Amel dengan wajah lega. “ Aku
kasihan padamu kalau harus menungguku lagi, dan aku malas mendengar keluhanmu
saat membersihkan kamar mandi kemarin, membuatku berfikir beribu kali untuk
ikut dihukum bersamamu “ Ucap Sakti sembari membayangkan kejadian kemarin dan
terlihat malas untuk mengingatnya. Amel tertawa karena mendengar keluhan Sakti
“ Bagus kalau begitu, mulai sekarang aku akan menunggumu disini setiap hari agar
kamu tidak terlambat kesekolah “. Sakti terlihat malas dan mengurungkan niatnya
untuk melarang gadis yang keras kepala yang berada di depannya. “ Sudah ayo
kita ke kelas, aku sudah tidak sabar melihat lukisan yang akan aku beli nanti “
Ajak Amel sambil menarik tangan Sakti. “ Memang orang tuamu akan datang ? “
Tanya Sakti. “ Tidak, aku akan membelinya dengan uang tabunganku sendiri, lagi
pula uang itu untuk di amalkan jadi aku tidak perlu khawatir karena orang tuaku
akan memakluminya “. Amel dan Sakti berjalan ke tangga sekolah dan menuju
kelasnya.
Jam
menunjukkan pukul 9 tepat, terlihat banyak orang dari berbagai kalangan berada
di lapangan sekolah Sakti untuk melihat lukisan yang akan di pamerkan dan akan
di jual. Bunyi bel yang berbunyi
menandakan bahwa jam pelajaran sudah selesai agar siswa berkesempatan untuk
melihat pameran di lapangan, Amel dengan wajah semangatnya dengan cepat menuju
lapangan bersama Sakti. Lapangan saat itu sudah sangat ramai dengan siswa dan
orang-orang luar sekolah untuk melihat hasil lukisan yang di buat para seniman
terkenal, ada sekitar 200 lukisan yang akan di pamerkan dan akan di jual dan
juga di tambah 1 lukisan Sakti yang hanya satu-satunya lukisan yang tidak
tertera nama di dalam lukisannya. Sakti dan Amel menuju sebuah tenda yang
memamerkan lukisan abstrak, Sakti dengan serius memandang satu persatu lukisan
yang di pajang di dalam tenda dan Amel yang terlihat bingung dengan lukisan yang
ada di sekelilingnya dan lebih bingung dengan keseriusan Sakti melihat satu
persatu yang ada di depannya. “ Serius sekali, memangnya kamu mengerti arti
lukisan ini ? “ Amel ikut memandang sebuah lukisan yang Sakti amati dengan gambar
sebuah campuran warna yang dicampur secara acak sehingga menghasikan warna yang
gelap dan berbentuk seperti bercakan tinta yang di lemparkan ke dinding. “
Tidak, tapi aku yakin orang yang melukis ini pasti tau makna yang di lukisnya “
Ucap Sakti beralih ke lukisan lainnya. “ Berarti cinta itu sama ya seperti
lukisan abstrak, kita tidak akan tahu apa yang orang lain rasakan, tapi kita
hanya tahu apa yang orang lain lakukan untuk orang yang di cintainya “ Ucap
Amel memandang Sakti yang terdiam mendengar ucapannya dan mengalihkan
pandangannya kepada dirinya. “ Ya bisa di katakan begitu. Cinta itu abstrak dia
tidak bisa di jelaskan secara rinci, tapi memiliki keindahan tersendiri di
dalamnya “ Ucap Sakti kepada Amel yang menatapi dirinya. Amel tersenyum dan
mengalihkan pandangannya kepada suatu lukisan yang penuh dengan warna. “ Sakti,
lukisan ini bagus, banyak unsur warnanya dan aku suka bentuk lukisannya “ Ucap
Amel memandang lukisan yang ada di depannya. Sakti hanya diam memandang lukisan
yang sedang Amel komentari. “ Sakti, apa aku boleh menilai lukisan seseorang ?
“ Tanya Amel yang masih memandang lukisan itu. “ Memang apa penilaianmu tentang
lukisan ini ? “ Sakti kemudian memandang Amel yang masih melihat lukisan di
depannya. “ Aku hanya merasakan bahwa lukisan ini menunjukkan arti kebebasan,
dan sepertinya orang yang melukis ini orang yang baik dan penuh dengan warna,
tapi masih belum mengerti apa yang dia lakukan “ Ucap Amel. “ Ya mungkin
penilainmu benar, setiap orang punya penilaian masing-masing bukan “ Sakti
tersenyum dan beralih memandang lukisan lain. “ Pak, saya ingin membeli lukisan
ini “ Amel berbicara kepada petugas yang berada di dekatnya. Sakti yang
mendengar bahwa Amel akan membeli lukisan yang di nilainya tadi kemudian
memandang Amel dan petugas di sampingnya. “ Maaf tapi lukisan ini tidak
memiliki nama di dalamnya dan hanya bertulisan SP, apa tidak masalah untuk kamu
? “ Ucap petugas kepada Amel. “ Tidak masalah, aku hanya menyukai lukisan ini
bukan orang yang melukisnya “. Amel kemudian mengeluarkan dompet di sakunya dan
membayar lukisan yang di pilihnya. Amel dan Sakti keluar dari tenda itu dan
beralih ke tenda yang berjenis lukisan lainnya.
Sudah
enam jam berlalu saat pameran lukisan itu di buka pada pukul 9 pagi tadi,
karena hari sudah mulai sore dan hampir semua lukisan terjual acara pameran
akan segera di tutup dengan pidato penutup yang di ucapkan oleh kepala acara
dan ucapan terima kasih kepada kepala sekolah dan masyarakat sekitar karena
membatu acara untuk penggalangan dana tersebut. Sakti berjalan menuju gerbang
sekolah untuk kembali pulang dan menikmati hari libur besok, Amel berlari
dengan lukisan di tangannya yang di belinya tadi dan menghampiri Sakti yang
sudah berada di depan gerbang. “ Sakti kita pulang bersama ya “ Ajak Amel
dengan nafas terengah-engah. “ Bukankah kita tidak searah ? “ Sakti memandang
Amel dengan heran. “ Baiklah kalau begitu, tapi temani aku untuk menunggu
jemputanku ya, aku tidak mungkin pulang dengan membawa lukisan ini, lukisan ini
besar dan berat” Keluh Amel kepada Sakti. “ Baiklah, tapi kalau boleh tau
berapa harga lukisan itu ? “ Tanya Sakti melirik lukisan yang ada di tangan
Amel. “ Hmmm 2 juta “ Jawab Amel. Sakti terkejut mendengar harga yang di
ucapkan Amel. “ Hei tidak usah kaget seperti itu, lukisan ini paling murah di
antara lukisan yang lain, lukisan lain paling murah harganya 5 juta dan itu
karena di lukis oleh orang pelukis profesional “ Ucap Amel melirik seorang
pemuda yang membawa sebuah lukisan bergambar pemandangan di musim gugur. “
Lukisan ini mungkin murah karena tidak memiliki nama, tapi memiliki kualitas
yang sama dengan lukisan lainnya, jadi aku tidak salah memilih “ Ucap Amel
dengan senyum lebarnya kepada Sakti. “ Ya bisa jadi seperti itu “ Ucap Sakti
singkat. Amel teringat sesuatu, “ Terakhir kita bertemu bukankah kamu
mengendarai motor ? dimana motormu ? “ Ucap Amel memandang Sakti yang sedang
sibuk melihat jam tangannya. “ Aku malas, lebih enak jalan kaki dan mengurangi
macet, apa jemputanmu masih lama ? “ Tanya Sakti yang terlihat mulai bosan. “ 5
menit lagi, maaf ya merepotkanmu, apa kamu bosan ? “ Amel merasa bersalah. “
Tidak, aku hanya ingin cepat pulang dan tidur seharian menikmati hari liburku “
Sakti tersenyum agar Amel merasa dirinya tidak membuatnya bosan.
Mobil
dengan warna hitam berhenti di depan sekolah, Amel pamit kepada Sakti karena
jemputannya sudah datang dan dengan cepat Sakti menuju rumahnya. “ Bu Sakti
sudah pulang “ Ucap Sakti kepada Ibunya yang sedang memasak. “ Hei Sakti
bagaimana lukisan yang kamu bawa ? apa terjual ? “ Ibu Sakti melupakan
masakannya dan menghampiri Sakti. “ Iya terjual seharga 2 juta “ Jawab Sakti sembari
mengambil piring di meja makan dan mengambil nasi yang telah di sediakan dan beberapa
lauk pauk. “ Lumayan mahal, berapa yang kamu dapat ? “ Tanya Ibu Sakti
penasaran. “ Tidak ada, sepenuhnya untuk di sumbangkan, lagi pula uang jajan
dari Ibu itu sudah cukup “ Sakti menyendok makanannya. “ Yasudah, sehabis makan
kamu mandi “. Ibu Sakti kemudian melanjutkan masakannya dan Sakti kembali ke
kamarnya untuk mandi dan tidur.
ULANG TAHUN
Tiga
bulan berlalu. Sakti dan Amel sudah sangat dekat saat itu, menghabiskan waktu
bersama saat di kantin sekolah, membersihkan lingkungan sekolah ketika Sakti
sesekali terlambat kesekolah, pergi ke taman dekat sekolah setelah pulang
sekolah di temani sebatang ice cream yang menjadi penghias mereka saat di
taman. Sore itu tepat tiga bulan waktu Amel membeli sebuah lukisan abstrak yang
dibelinya di pameran sekolah, entah mengapa Amel selalu mengingat lukisan itu
saat melihat Sakti. “ Amel, saat bersamamu entah mengapa aku merasa bebas tanpa
harus berpura-pura di sekolah “ Ucap Sakti tiba-tiba. “ Aku senang mendengarnya
“ Amel tersenyum. Di sisi taman terlihat penjual ice cream yang memang sudah
lama berjualan di pinggir taman tersebut, Amel kemudian menarik Sakti menuju
ketempat ice cream itu dan membeli dua batang ice cream rasa coklat dan
stroberry. “Sakti kamu tahu tidak mengapa aku suka stroberry ?“ Tanya Amel.
“Tidak, memang kenapa ?” Sakti berbalik bertanya. Amel menjilati ice cream yang
di pegangnya dan menjawab “ Stroberry itu memiliki rasa yang unik, tidak manis
tapi memiliki unsur manis, tidak asam tapi memiliki unsur asam, sama sepertimu
“ Amel lalu terdiam mentap Sakti. “ Sepertiku ? “ Sakti terlihat bingung. “Ya
sepertimu, kamu baik tapi menyebalkan tapi aku nyaman saat bersamamu” Amel
tersenyum lebar dan duduk di bangku taman di dekatnya, Sakti ikut duduk di
sampingnya. “ Amel sebenarnya besok adalah hari ulang tahunku dan aku belum
pernah mengundang siapapun di hari ulang tahunku, kamu mau datang kerumahku
besok ? besok adalah ulang tahunku yang ke 17 “ Sakti memandang Amel dengan
serius yang sedang menikmati ice creamnya. Amel terdiam dan menatap Sakti dengan
dalam, terlihat harapan besar kepada dirinya agar dia datang ke acaranya itu,
Amel pun mengerti dan tersenyum. “ Besok aku harus memakai baju apa untuk
menemui Ibumu ? “ Amel bertanya kepada Sakti. Sakti yang terlihat terkejut
dengan pertanyaan Amel seketika tertawa, Amelpun langsung memasang wajah
cemberut melihat tingkahnya. Saktipun berhenti tertawa saat melihat wajah Amel.
“ Kamu lucu ya, kamu pakai saja pakaian yang sesopan mungkin, acaranya hanya
makan malam biasa bersama Ibuku dan aku jadi tidak perlu repot, ini alamat
rumahku “ Ucap Sakti . Hari semakin sore jam tangan Sakti menunjukan pukul 4
sore menandakan mereka harus pulang, terlihat dari kejauhan mobil jemputan Amel
terparkir di seberang taman dan mereka berpisah saat itu juga dan akan bertemu
kembali besok malam.
***
Hari
sudah berganti, Sabtu sore itu Amel terlihat sibuk memilih baju yang akan di
kenakannya nanti malam di rumah Sakti. Di tengah kesibukannya terdengar Hpnya
berbunyi menandakan ada telfon masuk. “ Hallo “ Amel menjawab telfonnya. “ Hai
Amel, maaf mengganggu sedang apa kamu “ suara yang tidak asing bagi telingan
Amel bahwa itu suara Sakti. “ Hai, selamat ulang tahun yang ke 17 ya, semoga
kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik “ Amel memberikan selamat kepada
Sakti sembari mencocokan baju yang ada di lemari baju miliknya. “ Terima kasih,
nanti kamu jadi datang ? “ Sakti terdengar takut jika Amel tidak datang. “ Iya
aku datang, aku sudah berjanji padamu kemarin “ Amel tersenyum karena telah
menemukan baju yang pas untuk dirinya nanti malam. “ Sudah ya aku ingin
bersiap-siap, bye “ Amel menutup telfonnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Malampun
datang, Sakti yang sudah bersiap sejak sore terlihat gelisah karena kehadiran
Amel belum terlihat, Ibu Sakti melihat anaknya itu kemudian menghampiri
anaknya. “ Temanmu pasti datang, tidak perlu khawatir “ Ibu Sakti menenangkan
anaknya. “ Aku hanya takut kejadian tahun lalu terulang lagi, Riska membatalkan
kehadirannya dan ibu sudah susah payah membuat makanan untuk dirinya “ Sakti
terlihat sedih. “ Sakti, jika memang dia wanita yang baik pasti dia akan datang
ketika menerima undangan, sudah lupakan kejadian tahun lalu “ Ibu Sakti
mengusap kepala anaknya dan kemudian pergi ke meja makan. Satu jam berlalu tapi
Amel belum juga tiba, Sakti terlihat gelisah menunggu Amel di depan pintu dan
di tengah kegelisahannya terlihat seorang gadis dengan rambut berwarna hitam
lurus mengenakan pakaian short dress berwarna putih dengan tas kecil di
lengannya dan sepatu hak yang cukup tinggi menambah keindahan di mata Sakti.
Amel datang malam itu dan nampak jelas wajah lega yang ada di wajah Sakti. “
Aku sudah lama menunggumu, lama sekali “ Ucap Sakti kepada Amel. “ Maaf, tadi
jalanan sangat padat karena malam ini malam minggu “ Amel menjelaskan. Amel
melihat Sakti dengan mengenakan kemeja hitamnya dan celana levis birunya serta
minyak wangi yang harum sedang berdiri di depan pintu, Amel seketika tersenyum
geli yang membuat Sakti bingung “ kenapa kamu ? ada yang salah ? “ Tanya Sakti
kepada Amel. “ Aku hanya terlihat heran, melihatmu di depan pintu seperti aku
melihat diriku saat menunggumu di depan gerbang sekolah dan sekarang kamu
menungguku di depan pintu rumahmu sendiri, itu terlihat aneh “ Ucap Amel kepada
Sakti. “ Sudahlah, Ibuku sudah menunggumu “ Sakti menarik Amel masuk dan segera
menuju ruangan makan.
Makan
malam di mulai, Amel terlihat gugup karena makan malam ini hanya di adakan tiga
orang saja. “ Sakti ini kado untukmu, selamat ulang tahun ya “ Amel memberikan
sebuah kotak kecil di dalam tasnya. “ Terima kasih, seharusnya tidak perlu “
Sakti telihat ragu menerimanya. “ Sudah tidak apa-apa ini ulang tahun kamu yang
ke 17 dan kamu layak mendapatkannya “ Amel tersenyum dan Saktipun menerimanya.
“ Ibu aku ke kamar dulu untuk menyimpan ini ya dan Amel aku tinggal sebentar ya
“ Sakti tersenyum dan meninggalkan kedua wanita di depannya. Ibu Sakti
meletakkan sendoknya dan memandang Amel “ Terima kasih sudah datang, Sakti
belum pernah membawa wanita kerumah ini sebelumnya “ Ibu Sakti membuka
pembicaraan. “ Sama-sama bu, lagi pula Sakti yang mengundang dan ketika
mendapat sebuah undangan kita wajib datang jika tidak ada halangan “ Amel
menjawab dengan senyum. Ibu Sakti memandangi Amel tanpa henti dan tersenyum, “
Melihatmu seperti melihat saya waktu saya datang menghadiri undangan ulang
tahun Ayah Sakti, saya terlihat gugup saat di tinggal oleh Ayah Sakti dengan
kedua orang tuanya “ Ucap Ibu Sakti kepada Amel yang sedari tadi memandanginya.
“ Sekarang Ayah Sakti dimana ? kenapa tidak ikut berkumpul ? “ Amel bertanya
dengan wajah penasaran. “ Ayah Sakti sudah meninggal saat Sakti lulus SMP, maka
dari itu semasa SMA Sakti tidak bersikap baik di sekolah karena untuk menutupi
kesedihannya, tapi melihat nilai Sakti saya tidak masalah “ Jawab Ibu Sakti
memandang foto keluarga yang terpajang di dinding yang ada di belakang Amel.
Amel terkejut dan merasa bersalah “ Maaf saya tidak bermaksud untuk membuat Ibu
sedih “ Ucap Amel. Ibu Sakti kemudian tersenyum dan kembali menatap Amel “
Tidak apa-apa. Ayah Sakti seorang pelukis dan bakat itu melekat di dalam diri
Sakti, kamu tahu pagi-pagi sekali Sakti datang ke sekolah untuk mendaftarkan
lukisannya, saya tidak mengerti dengan apa yang dia gambar “ Ucap Ibu Sakti
kepada Amel. Saat itu Amelpun terkejut karena Sakti tidak menceritakan hal itu
pada dirinya. “ Memang lukisannya seperti apa ? “ Amel kembali penasaran. Ibu
Sakti mencoba mengingat lukisan yang di bawa oleh Sakti “ Lukisannya penuh
dengan warna, dan begeombang dari atas samapai bawah dan ada tulisan SP disudut
kanan atas tulisan itu ciri khasnnya, entah apa artinya.Tapi kata Sakti lukisan
dia terjual seharga 2 juta, dan itu cukup membuat saya bangga “ Ibu Sakti
tersenyum. Amelpun terdiam untuk beberapa saat dan baru sadar karena Sakti
tidak kunjung kembali, Ibu Sakti mempersilahkan Amel untuk naik ke lantai atas
menuju kamar Sakti.
Saat
menuju tangga terdapat lukisan-lukisan kecil tepajang rapih di dinding,
terdapat berbagai gambar sebuah pemandangan, langit malam, matahari terbenam di
sebuah pantai dan masih banyak lagi. Saat menginjakkan anak tangga terakhir
Amel di kejutkan oleh sebuah pemandangan yang tidak bisa dia rangkai dengan
kata, terdapat banyak lukisan yang begitu besar dan indah dengan warna yang
sangat cerah, Amel mengamati lukisan satu persatu dan semua lukisan terdapat
tulisan SP di sudut kanan atas.
“
Hei selamat datang di duniaku “ Ucap Sakti dengan senyum di wajahnya saat Amel
sedang serius mengamati lukisan yang di buatnya. “ Hai, maaf aku lancang untuk
kesini, tapi Ibumu yang menyuruhku “ Ucap Amel saat melihat Sakti di
belakangnya. “ Tidak apa-apa, aku punya kejutan untukmu “ Sakti manggapai
tangan Amel dan menuntunnya ke sebuah balkon dan terdapat sebuah lukisan yang
sangat menyentuh hati gadis cantik pada malam itu. Sebuah lukisan dirinya
sedang memegang sebatang ice cream stroberry dengan senyum lebar yang sama
persis seperti dirinya saat di taman kemarin sore. “ Maaf jika kurang bagus,
aku membuatnya setelah pulang dari taman kemarin dan baru selesai tadi sore “
Ucap Sakti di tengah lamunan Amel yang tidak bisa menahan haru atas kejutan
yang di berikan padanya. “ Sakti, aku sangat berterima kasih padamu, ini
lukisan terindah yang aku dapatkan “ Ucap Amel dengan senyum manisnya
menandakan dirinya sangat senang. Sakti sangat senang melihat wanita di
depannya senang dengan kejutan yang di buatnya, tapi di tengah kebahagiaan
mereka berdua terdapat lukisan di tutupi dengan kain di pojok ruangan yang
menjadi pusat perhatian Amel. Dengan ragu Amel melangkah menghampiri lukisan
itu dan Sakti hanya melihat Amel yang menuju lukisan yang dia sembunyikan. Amel
membuka kain yang menutupi lukisan yang menarik perhatiannya, dia terkejut
karena terdapat lukisan seorang gadis dengan rambut di kuncir dengan senyum
yang cantik. “ Kamu melukis ini ? kapan kamu melukisnya ? “ Tanya Amel dengan
wajah sedikit kecewa karena Amel berfikir hanya dia yang di buatkan lukisan
seperti itu. “ Itu lukisan satu tahun yang lalu, aku mengundang Riska untuk
datang ke acara ulang tahunku, tapi dia tidak datang dan sekarang aku bingung
harus ku apakan lukisan itu “ Jawab Sakti menjelaskan. Terlihat wajah kecewa di
wajah Amel saat mendengar bahwa Riska pernah di undangnya dan tidak sesuai
dengan apa yang di ucapkan Sakti di taman kemarin bahwa dia belum pernah
mengundang siapapun untuk datang kerumahnya. “ Maaf karena telah mengecewakanmu
atas ucapanku yang membohongimu di taman kemarin, tapi ketahuilah kamu memang orang pertama
yang aku yakini akan datang kerumah ini “ Sakti menatap Amel dengan penuh
kelembutan. “ Jika kamu yakin kenapa kamu menungguku di depan pintu rumahmu ? “
Amel bertanya untuk meyakinkan. “ Aku hanya khuatir padamu karena kamu
terlambat datang, jika kamu tidak datang aku pasti akan datang kerumahmu dan
menanyakannya kepadamu “ Ucap Sakti.“ Tapi, saat Riska tidak datang apa yang
kamu lakukan ? “ Amel kembali memandang lukisan yang ada di depannya.
“ Aku hanya diam dan membersihkan lukisan itu
karena aku yakin dia tidak akan datang, aku hanya bersedih karena Ibuku
menyediakan makanan dengan susah payah untuk dirinya tapi dia mengecewakan
Ibuku, dan aku perlahan mulai melupakannya hingga akhirnya kamu datang di
kehidupanku yang berawal dari internet kemudian kita bertemu, dengan tidak
sengaja kamu pindah kesekolahku dan yang paling sempurna saat kamu
berpenampilan begitu istimewa saat menghadiri ulang tahunku, itu sudah
membuatku cukup mempunyai alasan aku bisa melupakan dirinya “ Amel terdiam
mendengar ucapan Sakti dan saat Amel ingin mengatakan sesuatu. “ Aku
mencintaimu “ Sebuah kalimat yang membuat Amel terdiam dan terpaku saat kalimat
itu keluar dari mulut Sakti. “ Sakti, apa ucapanmu serius ? “ Amel masih tidak
percaya atas kalimat yang Sakti ucapkan tadi. “ Iya, aku serius “ Sakti menatap
mata Amel dengan penuh keseriusan. Amel berjalan kearah balkon dan menatap
lukisan dirinya yang di buat oleh Sakti. “ Aku ingin pulang, sudah malam dan
terimakasih atas makan malamnya Sakti, salam untuk Ibumu “ Amel meninggalkan
balkon dan lukisan dirinya. “ Amel, jika kamu memang menolak cintaku,
setidaknya kamu jangan tolak pengorbananku dalam melukis dirimu “ Ucap Sakti
saat Amel hendak menuruni tangga yang ada di depannya. “ Senin besok, kamu bawa
lukisan itu kesekolah dan aku akan menjawab untuk menerimamu atau menolakmu “
Amel kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Sakti.
***
Dua
hari telah beralalu semenjak kejadian yang membuat Sakti merasa di gantunkan di
acara ulang tahunnya. Sakti kemudian bergegas untuk pergi kesekolah pada hari
Senin saat itu dan tidak melupakan lukisan wajah Amel yang dia buat, dengan
cepat Sakti berjalan menuju sekolahnya karena setengah jam lagi bel masuk
sekolah akan berbunyi dan Sakti tidak ingin membuat Amel menunggu dirinya di
depan gerbang seperti biasanya. Sakti yang terus emalngkah dengan cepat
akhirnya sudah dekat dengan sekolah, terlihat dari kejauhan dia tidak melihat sosok
Amel yang biasanya menunggu dirinya dan berteriak untuk cepat menuju sekolah,
tapi Sakti menganggap bahwa Amel tidak perlu lagi menunggunya.
Saat
Sakti tiba di kelas terlihat sebuah lukisan abstrak yang terpajang di atas
papan tulis dan semua siswa di kelas itu bergerombolan melihat lukisan abstrak tersebut.
Lukisan itu tidak asing bagi Sakti bahkan
dia tau siapa pemilik lukisan itu, lukisan itu di buat oleh dirinya sendiri
dengan sebuah tulisan di atasnya “ Lukisan ini di buat oleh siswa di kelas ini
yang bernama Sakti “. Saat Sakti datang segerombolan murid itu berganti
menggeromboli Sakti dan mengucapkan selamat karena lukisan dirinya yang
dirahasiakan laku terjual dan mereka mengakui bahwa Sakti bukanlah sampah. Saat
itu Sakti melihat sekeliling dan mencari gadis yang di carinya sejak di depan
gerbang sekolah tadi tapi Sakti tidak melihat gadis yang di cintainya.
Pelajaranpun
dimulai dan belum ada tanda-tanda Amel datang ke kesekolah, Sakti terlihat gugup
di samping lukisan yang tertutupi kain yang dia bawa dari rumah. Saat di tengah
pelajaran satpam sekolah memberikan kabar bahwa Amel tidak masuk hari ini
karena ada suatu halangan kepada guru yang mengajar saat itu. Sakti terlihat
sedih karena di samping bangkunya tidak ada gadis yang menghiburnya di setiap
jam pelajaran. Di tengah kesedihannya Sakti mendapatkan sebuah pesan dari Hpnya
yang di kirim oleh Amel. “ Sakti hari ini
aku tidak masuk karena ada sebuah hal yang harus aku selesaikan, aku yakin kamu pasti akan memasang wajah yang
tidak menyenangkan saat satpam sekolah memberi kabar bahwa aku tidak masuk dan
berfikir aku tidak menepati janjiku, temui aku di bangku taman saat kamu
mengundangku ke acara ulang tahunmu sepulang sekolah nanti “ Sakti tersenyum “ aku selalu percaya padamu “ Ucap Sakti dalam hati.
Jam
istirahat berbunyi, Sakti menuju kantin dan duduk di bangku yang hanya dia duduki
seperti biasanya dan dengan segelas jus di mejanya. Sakti merasa sepi saat itu,
melamunkan di sampingnya sesosok Amel sedang meminum jus stroberry kesukaannya.
Di tengah lamunannya Riska datang menuju tempat duduk yang telah di tempati
Sakti. “ Hai, aku boleh duduk di sini ? “ Tanya Riska ragu. “ Silahkan “ Jawab
Sakti singkat. Riska kemudian duduk di depan Sakti dan memandang Sakti yang
melamun sejak tadi. “ Sakti, aku kagum padamu ternyata kamu hebat melukis dan
ternyata lukisanmu laku terjual di acara pelelangan saat itu “ Riska membuka
pembicaraan agar Sakti tidak melamun lagi. “ Terima kasih, lukisan itu dibeli
oleh Amel maka dari itu.. “ Sakti teringat sesuatu bahwa lukisan itu tidak
mungkin terpajang begitu saja jika bukan Amel yang memasangnya karena hanya dia
yang mempunyai lukisan itu. “ Lalu ? “ Riska menanyakan kalimat Sakti yang
terputus. “ Tidak, lukisan itu terjual karena Amel menyukainya dan sebenarnya
saat itu dia tidak tahu bahwa aku yang melukisnya “ Ucap Sakti sembari meminum
jusnya. “ Sakti, saat kamu meninggalkanku atas keputusanku sendiri aku merasa
kehilangan seseorang yang selama ini selalu memperhatikanku, aku selalu
memikirkanmu saat kamu pergi yang berkata bahwa kamu telah memaafkanku “ Riska
berucap dengan mata berkaca menandakan penyesalan terdalam. “ Bisakah kamu
melakukan hal itu lagi, mencintaiku seperti dulu “ Riska memandang Sakti dengan
dalam.
“
Maaf Riska, aku sudah tidak mencintaimu, aku sudah mencintai gadis lain “ Sakti
berdiri untuk meninggalkan tempat itu dan Riska. Disaat Sakti ingin
meninggalkan Riska, Sakti di tahan oleh Riska dengan memegang tangan Sakti. “
Apa karena Amel ? Apa kamu mencintainya ? “ Riska kemudian berdiri di belakang
Sakti yang membelakanginya. “ Aku sudah tidak mencintaimu karena dirimu
sendiri, dan aku mencintai Amel karena diriku sendiri “ Sakti kemudian pergi
meninggalkan Riska dan bel menandakan jam istirahat berbunyi. Riska yang masih
berdiri di tempat tadi kemudian menangis karena telah menyesali keputusannya
dahulu.
Bel
pulang sekolah sudah berbunyi, Sakti bergegas membawa lukisannya dan menuju
taman yang telah di janjikan tapi belum terlihat sesosok Amel di tempat duduk
yang di rencanakan. Sesekali Sakti memandang lukisan yang di buatnya untuk
Amel, di tengah pengamatannya dalam memandang lukisan yang di buatnya tiba-tiba
sebatang ice cream muncul dari belakang dirinya dan saat Sakti menoleh ternyata
Amel dengan senyumnya hadir untuk memberi kejutan, Sakti pun tersenyum karena
memang membuatnya terkejut.
“Maaf
ya membuatmu lama menunggu” Amel kemudian duduk di samping Sakti. “Iya, aku
juga tidak lama disini menunggumu” Sakti memandang Amel yang duduk di
sampingnya. “Oia ini lukisanmu terimalah, aku susah payah membawanya dan ternyata
kamu tidak masuk“ Ucap Sakti kepada Amel. Amel hanya tertawa melihat wajah
Sakti saat dirinya mengeluh. “Maaf ada yang harus aku bereskan tadi” Ucap Amel.
“Sakti, aku ingin mengatakan sesuatu padamu” Amel kemudian memandang Sakti
dengan serius. “Mengatakan apa?” Sakti terlihat penasaran. “Sakti, waktu kamu
mengatakan cinta pada malam itu sebenarnya aku senang mendengarnya dan aku juga
takut menghadapinya, aku senang karena aku juga mencintaimu dan aku takut
menghadapinya karena hari ini aku akan pergi meninggalkan kota ini” Ucap Amel
menundukkan wajahnya menandakan kesedihan karena harus mengatakan hal itu.
Sakti terlihat terkejut dan kemudian bertanya “ Jika memang kamu mencintaiku
kenapa kamu pergi meninggalkanku ? Apa sekolah ini membuatmu bosan seperti yang
kamu ucapkan kepadaku mengapa kamu sering berpindah sekolah ?“ Ucap Sakti
menahan kesedihannya. Amel memandang Sakti dengan dalam “ Sebenarnya aku juga
bosan berpindah-pindah seperti ini, tapi aku harus mengikuti Ayahku untuk
pindah keluar kota dan kembali lagi tahun depan saat kita sudah lulus nanti “
Amel menjelaskan agar Sakti mengerti keadaan yang sedang di alami Amel.
“ Sakti, aku mencintaimu, lukisanmu selalu
membuatku teringat bahwa aku selalu mempunyai dirimu, percayalah Sakti aku
mencintaimu “ Amel memandangi lukisan yang di buat Sakti di tangannya. “Aku
akan menunggumu kembali, tapi aku tidak yakin akan bisa bersemangat tanpa
dirimu di sampingku “ Sakti memandang Amel yang sedang mengamati lukisan yang
di buatnya. “Sakti, aku tahu lukisan itu kamu yang membuat itu dari Ibu kamu,
dan kamu menjadi sedikit kasar karena kehilangan Ayahmu, tapi apa kamu tahu
Sakti saat aku memandang lukisanmu aku merasa diriku jauh lebih baik, dan aku
sengaja menyuruh supirku untuk meminta tolong kepada satpam sekolah untuk
memajang lukisanmu “ Amel tersenyum dan memandang Sakti dengan wajah bingung. “
Kenapa kamu memajangnya ? “ Sakti bertanya dengan heran. “Agar kamu tahu bahwa
kamu jauh lebih baik dari mereka yang mengolokmu selama ini, dan agar kamu bisa
ingat bahwa aku selalu di sampingmu karena aku yakin lukisan itu memang
tercipta tidak sengaja olehmu dan di buatkan untuku” Ucap Amel menjelaskan agar
Sakti tidak patah semangat.
Keduanya
tersenyum karena telah memiliki keyakinan yang kuat saat mereka berpisah nanti
dan memiliki penyemangat yang kuat saat mereka merasa lemah nanti. Sebuah
lukisan yang bisa membuat orang merasa bebas dan merasa dirinya bisa lebih kuat
dari sebelumnya, itulah yang di rasakan Amel saat memandang lukisan
bergambarkan dirinya yang di buat oleh Sakti. Amel terlihat heran dengan
lambang SP yang selalu di buat oleh Sakti di setiap lukisannya. “ Aku melambang
SP di setiap lukisan yang aku buat itu hanya untuk mengenang Ayahku yang
bernama Surya Pratama, aku sengaja membuat lambang itu karena mengingatkanku
bahwa bakat yang tidak semua orang miliki ini berasal dari Ayahku dan aku
bersyukur atas itu” Sakti tersenyum bangga memandangi lambang yang berapa di
sudut pojok kanan yang sedang Amel pegang.
Hari
sudah hampir larut malam dan saat itu juga Sakti dan Amel berpisah dan akan
bertemu satu tahun kedepan, Amel memandang Sakti dengan menahan tangisnya “ Apa
tidak masalah bagimu jika kita harus berpisah untuk sementara ? “ Tanya Amel .
“ Ucapan cintaku bukan hanya sebuah kata yang hanya di ucapkan lewat kata, tapi
aku juga mengungkapkannya lewat sebuah makna “ Sakti tersenyum dan mengusap air
mata yang terjatuh dari mata Amel secara tidak sengaja dan memeluknya dengan
perasaan yang saling tidak ingin di pisahkan. “Sakti, masih ingat mengapa aku
menyukai stroberry ? dia tidak manis tapi memiliki unsur manis, tidak asam tapi
memiliki unsur asam, sama seperti yang akan kita alami ketika kita berjauhan,
aku akan merasakan kamu tidak ada di sampingku tapi kamu selalu ada di
sampingku” Ucap Amel kepada Sakti. “Oke penilaianmu benar, dan sekarang aku
akan menyukai srtoberry karena teorimu memang benar” Ucap Sakti sambil tertawa.Tiba
saatnya mereka berpisah, dan melakukan sebuah janji dengan menyatukan kedua
kelingking mereka bahwa saat lulus nanti mereka akan bertemu kembali di sini
dan akan selalu bersama lagi.
PERTEMUAN KEMBALI
Satu
tahun berlalu, terlihat sebuah sorakan besar di sebuah sekolah saat mendapat suatu
kabar bahwa murid sekolah itu lulus 100% dari kepala sekolah dan ada seorang siswa berdiri menggantikan
kepala sekolah. Bukan atas dasar kenakalan siswa itu bediri disana untuk
berteriak lulus tapi karena di minta untuk mengungkapkan sepatah atau dua patah
kata untuk semua murid saat itu. “ Saya cukup bangga bisa berdiri disini
melihat kalian semua dan semua guru dengan senyum kebahagiaan di wajah kalian,
tapi ini bukan akhir dari kita semua, tapi ini awal dari kita semua untuk
menentukan akan menjadi apa kita nanti. Saya juga berterima kasih untuk
pengurus kebersihan sekolah ini karena telah membuat sekolah ini bersih dan
nyaman. Mengingat untuk menggantikan pengurus kebersihan membuat saya sadar
bahwa menjadi bersih itu sulit dan butuh kerja keras. Saya Sakti Pratama
mengucapkan terima kasih dan selamat untuk kita semua, sekian dan terima kasih
“ Sebuah tepuk tangan yang terdengar serentak di lakukan oleh semua murid dan
guru membuat Sakti merasa bahagia karena dirinya merasa berguna bagi dirinya dan
orang lain.
Terpajang
sebuah hiasan yang masih bersih melekat dan di tutupi kaca agar debu tidak
merusak hiasan itu di sebuah kelas yang bertuliskan “ Lukisan ini di buat oleh
siswa di kelas ini yang bernama Sakti “. Sakti menjadi juara umum saat mengikuti
lomba melukis Nasional, Sakti hanya merasa kemenangan itu adalah awal bagi
dirinya untuk melanjutkan tugas Ayahnya sebagai pelukis yang berhenti di tengah
jalan.
Dari
kejauhan terlihat sosok Riska datang menghampiri Sakti dan mengucapkan selamat
pada dirinya, Riska hanya memandang Sakti sebagai sahabatnya karena dia tidak
mungkin mendapatkan hati Sakti. Dengan senyum Sakti menerima ucapan selamat
itu, dan kemudian seketika memandang taman yang ada di seberang sekolah,
terlihat senyum bahagia terlintas di wajah Sakti.
Sore
itu taman dimana tempat yang biasa di kunjungi Sakti terlihat ramai, terlihat beberapa sekeluarga datang untuk
membiarkan anak-anaknya bermain di taman itu dan sepasang kekasih sedang duduk
di taman. Sakti berjalan mengelilingi taman dengan lukisan di tangannya, Sakti
kemudian duduk di bangku taman dekat penjual ice cream yang biasa Sakti dan
Amel singgahi ketika berada di taman. Sakti membayangkan kejadian saat pertama
kali bertemu amel, tersesat sehabis mengantar Amel pulang, membersihkan isi
sekolah karena keterlambatan dirinya, tertawa bersama di sudut kantin sekolah
dengan 2 gelas jus di mejanya, melihat-lihat lukisan saat pelelangan di
sekolah, acara makan malam di hari ulang tahun dirinya dan semua berakhir
ditempat Sakti singgahi sekarang.
Hari
semakin sore beberapa keluarga sudah pulang karena hari akan larut dan sepasang
kekasih pergi meninggalankan tempat itu dengan sepeda motor, hanya Sakti di
tempat itu tapi belum ada tanda Amel akan datang. Sakti melihat sekeliling
taman dan sudut taman dengan wajah gelisah tapi Sakti tetap duduk dan menunggu
karena dia percaya Amel akan menepati janjinya. Waktu semakin berlalu dan
malampun akhirnya datang, Sakti masih menunggu dan terus menunggu hingga
akhirnya Sakti berdiri untuk menghilangkan pegalnya karena duduk terlalu lama.
Sakti menatap lukisan yang dia bawa tadi , “
Aku percaya kamu akan datang” Ucapnya dalam hati, kemudian dia letakkan
lukisan itu di bangku taman dan Sakti pergi meninggalkan bangku dan lukisan
itu.
Malam
itu Sakti datang kembali ke taman dan menuju ke tempat dimana dia letakkan
lukisan yang dia tinggalkan tadi, tapi saat Sakti tiba di bangku yang dia
duduki tadi lukisan itu hilang dan tidak ada seorangpun disana. Saktipun panik
dan mencari lukisan itu kesekeliling taman dan kembali ke tempat semula tapi
tidak menemukan hasil, Sakti kemudan duduk di bangku dengan kepala menunduk dan gelisah Sakti menghela nafas
panjang “ Tenang Sakti semua akan
baik-baik saja” Ucap Sakti dalam hati. Di tengah kegelisahannya Sakti
merasakan ada yang berdiri di belakangnya, Sakti kemudian menoleh dan melihat
seorang gadis dengan seragam sekolah memegang lukisan yang dicarinya “ Kamu
mencari ini ya “ Ucap gadis itu dengan senyum manisnya. Sakti kemudian berdiri
“ Amel ! kemana saja kamu, aku menunggu kamu dari sore tahu ! dan kenapa
lukisan itu ada padamu “ Ucap Sakti dengan nada kesalnya. “ Maaf, saat ingin
kesini mobil aku mogok dan harus di perbaiki di bengkel, karena proses itu lama
aku kesini naik taxi, aku kuatir kamu tidak sabar menunggu, maka dari itu aku
meninggalkan bengkel itu dan saat aku sampai taman ini sudah sepi tapi yang aku
temukan hanya lukisan ini “ Amel menjelaskan sembari memandang lukisan di
tangannya. “ Sejak awal aku percaya kamu akan datang, aku pergi untuk mencari
makanan dan saat kembali lukisan itu hilang dan aku fikir di ambil pemulung
taman ini “ Sakti kemudian duduk kembali dan Amel duduk di sampingnya. “ Terima
kasih sudah percaya padaku “ Amel kemudian tersenyum menatap Sakti. “ Tidak
perlu berterima kasih, itu memang sudah tugasku untuk terus mempercayaimu
hingga saat ini “ Ucap Sakti. Amel memandang lukisan yang Sakti bawa “ Kamu
membuat lukisan abstrak lagi ? “ Tanya Amel kepada Sakti. “ Iya, aku melukisnya
dengan membayangkan hari-hari dimana kamu tidak disini, jika kamu ingin tahu
perasaanku kamu bisa lihat lukisan itu “ Ucap Sakti melihat Amel sedang
memandangi lukisan yang dia bawa. Lukisan yang berwarna gelap dan campuran
warna-warna gelap lainnya dengan warna terang di tengahnya.
“
Warnanya tidak secerah yang kamu buat dahulu, kenapa hanya ada warna terang di
tengahnya “ Amel terlihat bingung dengan apa yang Sakti lukis. “ Di tengah
kegundahanku, di tengah kegelisahanku, dan di tengah kecurigaanku ada titik
dimana aku harus percaya padamu dan warna terang itu lambang kepercayaanku “
Ucap Sakti. Amel kemudian menatap Sakti dengan wajah sedih “ Maaf telah
membuatmu merasa tersiksa dengan apa yang aku buat, dan aku berterima kasih
atas kepercayaan yang kamu berikan, aku bahkan belum memberikan apapun yang
mampu membuatmu bahagia Sakti “ Amel kemudian menundukkan kepalanya. “ Kamu
hanya perlu mencintai aku dan jangan pergi lagi “ Sakti mengusap rambut Amel
dan menyentuh wajahnya kemudian mengarahkan wajah Amel untuk menatap dirinya. “
Aku mencintaimu Sakti dan aku tidak akan pergi lagi untuk selamanya sampai
nafas ini berakhir menghirup udara “ Amel tersenyum kepada Sakti untuk
menandakan bahwa dirinya bahagia bersama orang di hadapannya. Sakti tersenyum
dan mencium kening gadis di hadapannya sebagai tanda sayang yang sangat dalam
dan rasa rindu yang teramat dalam.
-TAMAT-
TERIMA KASIH YANG UDAH MELUANGKAN WAKTUNYA
BUAT MEMBACA CERPEN GUE YANG MASIH SEADANYA , SEMOGA SARAN KALIAN BISA MEMBUAT
CERPEN GUE SELANJUTNYA JAUH LEBIH BAIK DARI INI . JANGAN DI COPY PASTE YA J
DAN TERIMA KASIH FOR @horedanni UNTUK
EDITORNYA
TERIMA KASIH J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar