Langit gelap yang ditutupi embun berserta suara adzan
Subuh yang berkumandang menemani ku di kota Jakarta yang masih sepi ini.
Dingin..Minggu pagi yang dingin, pagi buta aku berjalan menahan rasa dingin
yang menusuk kulitku saat ini dengan rantang berisi nasi dan lauk sederhana
yang kubuat sendiri. Perlahan aku berjalan mendekati suara adzan yang
berkumandang pagi itu, Masjid masih sepi karena waktu masih menunjukkan pukul 5
pagi. Aku menunggu adzan selesai, tepatnya menunggu orang yang sedang adzan
subuh selesai melaksakan tugasnya sebagai marbot masjid.
3 menit berlalu dan 3
menit aku menunggu di depan masjid, bukannya aku tidak mau masuk seperti
orang-orang yang sudah rapi dengan sarung dan baju kokonya dan wanita yang
sebagian sudah menggunakan mukenanya. Tapi aku harus menunggu diluar Masjid
hingga dia keluar, saat kegelisan semakin besar dan rasa dingin pagi semakin
membuatku gusar akhirnya dia keluar dengan senyum yang sangat aku kenal ketika
melihatku diluar sambil menutupi tubuhku dengan memeluk diriku sendiri dengan
kedua tanganku. Aku sudah mengenakan jaket tapi hangatnya jaket yang aku
kenakan masih tidak mampu mengalangi hawa pagi saat itu.
“Lama menungguku Sel ?”“Tidak juga” jawabku dengan gigi yang tidak berhenti
bergetar karena dingin.“Maaf membuatmu menunggu tapi sesungguhnya kamu tidak
perlu repot datang kesini pagi-pagi buta sekali” ucapnya.“Aku hanya ingin membawakan ini untukmu sarapan dan
lagi pula Gereja disini tidak begitu jauh dari Masjid ini jadi aku sekalian
lewat”“Yasudah tunggu disini yah, sholat akan segera mulai
aku qamad dulu, gunakan selimut ini dan duduklah di teras depan pintu itu”
ucapnya sambil menunjuk tempat dia
tinggal dan kemudian pergi.
Kugunakan selimut ini, selimut yang biasa dia pakai
untuk menemaninya tidur dan biasa aku gunakan untuk mengahangatkan diriku
setiap menunggunya sholat subuh. Aku meraba rantangku dari luar untuk mengecek
makanan yang aku bawa masih hangat atu sudah dingin, dan hangatnya sudah mulai
hilang. 5 menit berlalu, orang-orang sudah mulai keluar masjid untuk pulang dan
orang yangku tunggu datang mengampiriku dan duduk disampingku.
“Makanlah sebentar lagi dingin” aku menyodorkan
rantang yang kubawa kepada dirinya.“Terima kasih ya Sel” ucapnya sambil membuka rantang
yang aku bawa kemudian melahap nasi dan lauk sayur bayam dan ikan goreng yang
aku buat.“Pelan-pelan Wan nanti tersedak”“Sarapan pagiku tak seenak makanan yang biasa
dihidangkan oleh pengurus masjid untukku jadi kamu harap maklum ya hehehe” dia
tertawa saat masih mengunyah makananku, aku senang dia bisa tertawa karena
makananku.“Oia kamu ke Gereja jam berapa Sel ?”“Nanti jam 8 Wan aku menunggu paduan suara gereja dan
pendeta disini biar aku pergi bareng mereka”“Hmmm masih lama ya, sekarang aja masih jam setengah
6, ada acara apa digereja ?”“Ibadah biasa Wan setiap hari minggu”
Cuaca masih dingin di pagi itu, entah aku tidak merasakan dingin yang seperti tadi
mungkin karena selimut tebal yang sedang aku gunakan. Matahari mulai muncul
memancarkan sinar hangatnya tapi aku tidak tahu kenapa aku masih memakai
selimut ini, mendekapnya dengan penuh perasaan yang hangat.“Kamu selalu mendekap selimutku dengan hangat seakan
selimut itu diriku”“Yah.. hanya ini yang bisa aku lakukan selama aku
tidak bisa mendekap dirimu”“Besok mau bawakan aku menu sarapan apa ?”“Entahlah apakah besok Ibuku berbelanja makanan yang
halal bagimu”
Ya aku hanya memasak dengan apa yang Orang rumah
hidangkan, sehingga aku jarang membawakan makanan yang pantas untuk Iwan.
Selama aku tidak membawa makanan untuknya aku hanya berjalan melewati Masjid
dan hanya mendengar suara Adzannya dengan hawa dingin yang aku rasakan tanpa
dekapan selimutnya yang menghangatkanku. Matahari mulai semakin terang,aku pun
pergi meninggalkan Masjid dan melepaskan selimut yang aku masih kudekap, aku
berjalan pergi menuju Gereja menatap kedepan memikirkan apakah besok aku bisa
bertemu lagi, apakah aku bisa membawa makanan yang halal baginya, hanya itu
yang aku fikirkan setiap hari tanpa tahu kapan aku bisa menjadi halal baginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar